Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Open – Ended
1. Pengertian Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Open – Ended
Pendekatan Open-ended merupakan salah
satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh para
ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan ini lahir sekitar duapuluh tahun
yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada,
Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000). Munculnya pendekatan ini
sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas
kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal teaching); guru menjelaskan
konsep baru di depan kelas kepada para siswa, kemudian memberikan contoh untuk
penyelesaian beberapa soal.
Menurut Shimada & Becker (1997)
munculnya pendekatan open-ended berawal dari pandangan bagaimana menilai
kemampuan siswa secara objektif kemampuan berfikir tingkat tinggi matematika.
Seperti diketahui bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan,
keterampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya
diberikan kepada siswa dalam langkah sistematis. Tentu saja rangkaian tersebut
tidak diajarkan secara langsung terpisah-pisah atau masing-masing, namun harus
disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap setiap
siswa. Dengan demikian akan terbentuk suatu keteraturan atau pengorganisasian
intelektual yang optimal.
Problem open-ended merupakan problem
yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar. Problem ini disebut juga
problem tak lengkap atau problem terbuka. Hancock (Suhartati, 2007:3)
menyatakan bahwa masalah open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu
selesaian yang benar. Selain itu masalah open-ended juga mengarah siswa untuk
menggunakan keragaman cara atau metode penyelesaiannya sehingga sampai pada
suatu jawaban yang diinginkan.
Menurut Sawada dalam Maqsudah
(2003:18-21) ciri penting dari masalah open-ended adalah terjadinya keleluasaan
siswa untuk memakai sejumlah metode dan segala kemungkinan yang dianggap paling
sesuai untuk menyelesaikan masalah. Artinya pertanyaan open-ended diarahkan
untuk mengiring tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan guru. “Adapun
bentuk-bentuk soal yang dapat diberikan melalui pendekatan open-ended terdiri
dari tiga bentuk, yaitu :
a. Soal untuk mencari hubungan
b. Soal mengklasifikasikan
c. Soal mengukur
Becker
dan Shimada mengemukakan bahwa pendekatan Open-Ended yang dilakukan terdiri
dari dua periode :
a. Periode Pertama
·
Secara klasikal siswa memperhatikan soal
terbuka yang di ungkapkan oleh guru.
·
Kemudian setiap siswa menuliskan ide
masing-masing dalam lembar yang telah disediakan.
·
Setelah
selesai menuliskan ide, siswa mengumpulkan LKS.
·
Setelah
siswa bekerja secara kelompok untuk mendiskusikan hasil/jawaban dari persoalan
yang diajukan oleh guru.
b. Periode Kedua
Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok.
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open – Ended
Tujuan
pembelajaran dengan pendekatan open – ended menurut Zaenal Arifin (2009) adalah
membantu siswa dalam mengembangkan kreativitas dan pola pikir matematis melalui
kegiatan problem solving (pemecahan masalah) secara berkesinambungan
(simultan). Kreativitas dan pola pikir matematis ini harus dikembangkan dengan
memperhatikan kemampuan berpikir setiap siswa. Aktivitas pembelajaran yang memberikan
peluang bagi siswa untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan nya secara bebas
akan memacu peningkatan kemampuan berpikir yang lebih tinggi (High Order
Thinking).
3. Langkah – Langkah Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Open – Ended
Sintaks
dan Aktivitas Siswa dan Guru pada Model Pembelajaran Open Ended
Secara
singkat sintaks dari model pembelajaran Open-Ended adalah sebagai berikut :
a. Orientasi,
yaitu bertujuan untuk memotivasi siswa
b. Pembekalan
atau penyajian soal terbuka (Open – Ended)
c. Pengerjaan
soal Open – Ended secara individual
d. Diskusi
kelompok tentang soal Open – Ended
e. Presentasi
hasil diskusi kelompok
f. Penutup,
yang berisi kesimpulan atau ringkasan oleh guru bersama siswa tentang konsep
atau ide yang terkandung dalam soal Open – Ended yang diajukan.
Adapun
penjelasan dan alasan mengapa sintaks model pembelajaran Open-Ended seperti
yang tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a. Orientasi.
Agar siswa mempelajari suatu materi (konsep) secara bermakna, pembelajaran di
awali dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi kepada
siswa berupa soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
b. Pembekalan
atau penyajian soal terbuka (Open-Ended). Pada fase ini, guru memberikan penjelasan umum tentang materi yang akan dipelajari siswa, agar pada fase
berikutnya siswa tidak dalam keadaan kosong. Setelah itu guru memberikan
persoalan-persoalan yang bersifat terbuka dan mengarah pada penemuan atau
pengkonstruksian ide, konsep.
c. Pengerjaan
soal Open-Ended secara individual. Setelah guru mengajukan soal terbuka, siswa diminta menyelesaikan soal secara individu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pekembangan tingkat kreativitas siswa secara individu akibat pembekalan yang
diberikan kepada siswa.
d. Diskusi
kelompok tentang soal Open-Ended. Pada fase ini, siswa diminta bekerja secara
kelompok untuk mendiskusikan penyelesaian dari soal terbuka yang telah
dikerjakan secara individu. Melalui diskusi kelompok, ketika siswa melihat
temuan yang diperoleh atau cara yang digunakan siswa lain, siswa tersebut akan
membandingkan, menguji dan memodifikasi, sehingga ide mereka yang sudah ada
akan berkembang.
e.Presentasi
hasil diskusi kelompok. Pada fase ini, beberapa atau semua kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok mereka. Tujuan dari fase ini adalah untuk
melatih siswa menaympaikan ide atau gagasan di muka umum, seperti kompetensi
yang dituntutkan pada siswa, yaitu siswa mneggunakan bahasa untuk memahami,
mengembangkan dan mengkomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk
berinteraksi dengan orang lain.
f. Penutup.
Pada fase terakhir ini, siswa bersama guru menyimpulkan atau membuat ringkasan singkat tentang konsep atau ide-ide yang terdapat dalam persoalan yang
diajukan. Karena cara penyelesaian yang diajukan bervariasi, hal itu akan
menyebabkan siswa yang mempunyai kemampuan lebih tidak yakin akan hasil yang
dicapai, lebih-lebih bagi siswa yang berkemampuan kurang. Untuk itu diperlukan
bimbingan guru untuk menyimpulkan konsep atau ide-ide yang terdapat dalam soal
yang diajukan.
4. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open – Ended
Suherman (2001:121)
menyebutkan beberapa kelebihan berkenaan dengan pemberian soal open-ended dalam
pembelajaran matematika adalah :
a. Siswa
berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
b. Siswa
memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan
keterampilan matematika secara komprehensif.
c. Siswa
dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara
mereka sendiri.
d.Siswa
dengan cara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
e. Siswa
memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
5. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open
– Ended
Suherman (2001:121) juga menyebutkan
beberapa kekurangan berkenaan dengan pemberian soal open-ended dalam
pembelajaran matematika, yaitu :
a. Menyiapkan
dan membuat masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
b. Mengemukakan
masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam merespon permasalahan yang diberikan.
c. Siswa
dengan kemampuan tinggi bisa ragu dan mencemaskan jawaban mereka.
d. Mungkin
ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.
Untuk mengatasi kelemahan - kelemahan tersebut, dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a. Untuk
mengatasi kesulitan menyiapkan soal Open-Ended yang bermakna bagi siswa,
dilakukan kajian terhadap beberapa literatur dan uji coba beberapa kali.
b. Untuk
mengatasi rasa khawatir dan kecemasan siswa, pada model pembelajaran Open-Ended terdapat fase pembekalan, diskusi kelompok dan presentasi hasil kelompok.
Dengan adanya fase pembekalan diharapkan siswa dalam menghadapi soal Open-Ended
yang diberikan tidak dalam keadaan “kosong”. Pada fase diskusi kelompok dan
presentasi hasil diskusi kelompok siswa dapat membandingkan antara jawaban yang
dia peroleh dengan jawaban teman lain, sehingga siswa akan merasa mantap dengan
jawabannya. Selain itu bisa juga dengan mengerjakan LAS (Lembar Aktivitas
Siswa).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar