Minggu, 21 April 2019


Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open – Ended
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open – Ended
Pendekatan Open-ended merupakan salah satu upaya inovasi pendidikan matematika yang pertama kali dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika Jepang. Pendekatan ini lahir sekitar duapuluh tahun yang lalu dari hasil penelitian yang dilakukan Shigeru Shimada, Toshio Sawada, Yoshiko Yashimoto, dan Kenichi Shibuya (Nohda, 2000). Munculnya pendekatan ini sebagai reaksi atas pendidikan matematika sekolah saat itu yang aktifitas kelasnya disebut dengan “issei jugyow” (frontal teaching); guru menjelaskan konsep baru di depan kelas kepada para siswa, kemudian memberikan contoh untuk penyelesaian beberapa soal.
Menurut Shimada & Becker (1997) munculnya pendekatan open-ended berawal dari pandangan bagaimana menilai kemampuan siswa secara objektif kemampuan berfikir tingkat tinggi matematika. Seperti diketahui bahwa dalam pembelajaran matematika, rangkaian pengetahuan, keterampilan, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau aturan-aturan biasanya diberikan kepada siswa dalam langkah sistematis. Tentu saja rangkaian tersebut tidak diajarkan secara langsung terpisah-pisah atau masing-masing, namun harus disadari sebagai rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap setiap siswa. Dengan demikian akan terbentuk suatu keteraturan atau pengorganisasian intelektual yang optimal.
Problem open-ended merupakan problem yang diformulasikan memiliki multi jawaban yang benar. Problem ini disebut juga problem tak lengkap atau problem terbuka. Hancock (Suhartati, 2007:3) menyatakan bahwa masalah open-ended adalah soal yang memiliki lebih dari satu selesaian yang benar. Selain itu masalah open-ended juga mengarah siswa untuk menggunakan keragaman cara atau metode penyelesaiannya sehingga sampai pada suatu jawaban yang diinginkan.
Menurut Sawada dalam Maqsudah (2003:18-21) ciri penting dari masalah open-ended adalah terjadinya keleluasaan siswa untuk memakai sejumlah metode dan segala kemungkinan yang dianggap paling sesuai untuk menyelesaikan masalah. Artinya pertanyaan open-ended diarahkan untuk mengiring tumbuhnya pemahaman atas masalah yang diajukan guru. “Adapun bentuk-bentuk soal yang dapat diberikan melalui pendekatan open-ended terdiri dari tiga bentuk, yaitu :
a. Soal untuk mencari hubungan
b. Soal mengklasifikasikan
c. Soal mengukur

Becker dan Shimada mengemukakan bahwa pendekatan Open-Ended yang dilakukan terdiri dari dua periode :
a. Periode Pertama
·         Secara klasikal siswa memperhatikan soal terbuka yang di ungkapkan oleh guru.
·         Kemudian setiap siswa menuliskan ide masing-masing dalam lembar yang telah disediakan.
·         Setelah selesai menuliskan ide, siswa mengumpulkan LKS.
·         Setelah siswa bekerja secara kelompok untuk mendiskusikan hasil/jawaban dari persoalan yang           diajukan oleh guru.
b. Periode Kedua
Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan kelompok.

2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open – Ended
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan open – ended menurut Zaenal Arifin (2009) adalah membantu siswa dalam mengembangkan kreativitas dan pola pikir matematis melalui kegiatan problem solving (pemecahan masalah) secara berkesinambungan (simultan). Kreativitas dan pola pikir matematis ini harus dikembangkan dengan memperhatikan kemampuan berpikir setiap siswa. Aktivitas pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa untuk mengemukakan ide-ide atau gagasan nya secara bebas akan memacu peningkatan kemampuan berpikir yang lebih tinggi (High Order Thinking).

3. Langkah – Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open – Ended
Sintaks dan Aktivitas Siswa dan Guru pada Model Pembelajaran Open Ended
Secara singkat sintaks dari model pembelajaran Open-Ended adalah sebagai berikut :
a. Orientasi, yaitu bertujuan untuk memotivasi siswa
b. Pembekalan atau penyajian soal terbuka (Open – Ended)
c. Pengerjaan soal Open – Ended secara individual
d. Diskusi kelompok tentang soal Open – Ended
e. Presentasi hasil diskusi kelompok
f. Penutup, yang berisi kesimpulan atau ringkasan oleh guru bersama siswa tentang konsep atau ide       yang terkandung dalam soal Open – Ended yang diajukan.

Adapun penjelasan dan alasan mengapa sintaks model pembelajaran Open-Ended seperti yang tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a. Orientasi. Agar siswa mempelajari suatu materi (konsep) secara bermakna, pembelajaran di awali       dengan penyampaian tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi kepada siswa berupa soal yang       berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
b. Pembekalan atau penyajian soal terbuka (Open-Ended). Pada fase ini, guru memberikan                     penjelasan umum tentang materi yang akan dipelajari siswa, agar pada fase berikutnya siswa tidak     dalam keadaan kosong. Setelah itu guru memberikan persoalan-persoalan yang bersifat terbuka           dan mengarah pada penemuan atau pengkonstruksian ide, konsep.
c. Pengerjaan soal Open-Ended secara individual. Setelah guru mengajukan soal terbuka, siswa             diminta menyelesaikan soal secara individu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pekembangan           tingkat kreativitas siswa secara individu akibat pembekalan yang diberikan kepada siswa.
d. Diskusi kelompok tentang soal Open-Ended. Pada fase ini, siswa diminta bekerja secara kelompok     untuk mendiskusikan penyelesaian dari soal terbuka yang telah dikerjakan secara individu. Melalui     diskusi kelompok, ketika siswa melihat temuan yang diperoleh atau cara yang digunakan siswa           lain, siswa tersebut akan membandingkan, menguji dan memodifikasi, sehingga ide mereka yang       sudah ada akan berkembang.
e.Presentasi hasil diskusi kelompok. Pada fase ini, beberapa atau semua kelompok                                   mempresentasikan  hasil kerja kelompok mereka. Tujuan dari fase ini adalah untuk melatih siswa       menaympaikan ide atau gagasan di muka umum, seperti kompetensi yang dituntutkan pada siswa,       yaitu siswa mneggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan dan mengkomunikasikan           gagasan dan informasi, serta untuk berinteraksi dengan orang lain.
f. Penutup. Pada fase terakhir ini, siswa bersama guru menyimpulkan atau membuat ringkasan               singkat tentang konsep atau ide-ide yang terdapat dalam persoalan yang diajukan. Karena cara             penyelesaian yang diajukan bervariasi, hal itu akan menyebabkan siswa yang mempunyai                   kemampuan lebih tidak yakin akan hasil yang dicapai, lebih-lebih bagi siswa yang berkemampuan     kurang. Untuk itu diperlukan bimbingan guru untuk menyimpulkan konsep atau ide-ide yang               terdapat dalam soal yang diajukan.

4. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open – Ended
Suherman (2001:121) menyebutkan beberapa kelebihan berkenaan dengan pemberian soal open-ended dalam pembelajaran matematika adalah :
a. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan            matematika secara komprehensif. 
c. Siswa dengan kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara mereka       sendiri. 
d.Siswa dengan cara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
e. Siswa memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan. 

5. Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Open – Ended
Suherman (2001:121) juga menyebutkan beberapa kekurangan berkenaan dengan pemberian soal open-ended dalam pembelajaran matematika, yaitu :
a. Menyiapkan dan membuat masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan           mudah. 
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa sangat sulit sehingga banyak siswa      yang mengalami kesulitan dalam merespon permasalahan yang diberikan. 
c. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa ragu dan mencemaskan jawaban mereka. 
d. Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan            karena kesulitan yang mereka hadapi.

Untuk mengatasi kelemahan - kelemahan tersebut, dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a. Untuk mengatasi kesulitan menyiapkan soal Open-Ended yang bermakna bagi siswa, dilakukan          kajian terhadap beberapa literatur dan uji coba beberapa kali.
b. Untuk mengatasi rasa khawatir dan kecemasan siswa, pada model pembelajaran Open-Ended              terdapat fase pembekalan, diskusi kelompok dan presentasi hasil kelompok. Dengan adanya fase        pembekalan diharapkan siswa dalam menghadapi soal Open-Ended yang diberikan tidak dalam          keadaan “kosong”. Pada fase diskusi kelompok dan presentasi hasil diskusi kelompok siswa dapat      membandingkan antara jawaban yang dia peroleh dengan jawaban teman lain, sehingga siswa              akan merasa mantap dengan jawabannya. Selain itu bisa juga dengan mengerjakan LAS (Lembar        Aktivitas Siswa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar