A. Pengertian
dan Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Menurut Rusman (Rusman, 2012) arti Jigsaw dalam
bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah
puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu
siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa
lain untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan pengertian di atas bahwa model
pembelajaran Jigsaw merupakan model belajar kooperatif yang menitik beratkan
kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Dalam pembelajaran
model Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat,
dan mengelola informasi yang dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi,
anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan
bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.
Pembelajaran model Jigsaw pada hakikatnya merupakan model pembelajaran
kooperatif yang berpusat pada siswa. Siswa mempunyai peran dan tanggung jawab
besar dalam pembelajaran. Tujuan model Jigsaw ini adalah mengembangkan kerja
tim, keterampilan belajar kooperatif dan penguasaan pengetahuan secara mendalam
yang tidak mungkin diperoleh siswa apabila siswa mempelajari materi secara
individual. Dalam model Jigsaw ini, siswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok awal dan kelompok ahli. Setiap siswa yang ada dalam kelompok awal
mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Siswa dalam
kelompok awal ini kemudian dibagi lagi untuk masuk ke dalam kelompok ahli untuk
mendiskusikan materi yang berbeda. Siswa kemudian kembali ke kelompok awal
untuk mendiskusikan materi hasil kelompok ahli pada siswa kelompok awal.
B. Langkah
– Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Dalam konsep ini semua siswa harus bisa
mendapatkan kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat
diketahui. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran dengan menggunakan
model Jigsaw (Rusman, 2012:218) adalah sebagai berikut:
a. Siswa
dikelompokkan dengan anggota + 4 orang
b. Tiap
orang dalam tim diberi bagian materi dan tugas yang berbeda
c. Anggota
dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
d. Setelah
kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan
kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
e. Tiap
tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
f. Pembahasan
dan guru memberi evaluasi
g. Penutup
Alur proses pembuatan kelompok ahli
dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diilustrasikan sebagaimana
gambar berikut:
Gambar 1: Ilustrasi Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Berdasarkan
Gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dalam pengelompokannya siswa di kelompokkan menjadi kelompok asal, kemudian
setiap kelompok diberikan topik yang berbeda untuk dipelajari. Siswa dari
kelompok asal dengan topik yang sama dipertemukan dalam kelompok ahli untuk
berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota
kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut.
Para ahli kemudian kembali ke kelompok asal mereka masing-masing dan mengambil
giliran untuk mengajari anggota kelompoknya tentang topik mereka.
Selain
itu ada beberapa fase yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw seperti pendapat Stahl dan Aronson, Elliot (dalam Anita
Lie, 2003:91) yang membagi menjadi 7 fase yaitu:
a. Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran
tersebut. Dan memotifasi siswa untuk belajar.
b. Fase 2:
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
jelas menyuguhkan berbagai fakta, pengalaman, fenomena fisis yang berkaitan
langsung dengan materi.
c. Fase 3:
Kelompok Asal atau Base Group
Siswa dikelompokkan menjadi kelompok asal
dengan anggota 5 sampai 6 orang dengan kemampuan akademik yang heterogen.
Setiap anggota kelompok diberikan sub pokok bahasan/topik yang berbeda untuk
mereka pelajari.
d. Fase 4:
Kelompok Ahli atau Expert Group
Siswa yang mendapat topik yang sama berdiskusi
dalam kelompok ahli.
e. Fase 5:
Tim ahli kembali ke kelompok asal
Siswa kembali ke kelompok asal untuk
menjelaskan apa yang mereka dapatkan dalam kelompok ahli.\
f. Fase 6:
Evaluasi
Semua siswa diberikan tes meliputi semua topik
dari materi yang telah di diskusikan.
g. Fase 7:
Memberikan Penghargaan
Guru memberikan penghargaan baik secara individual maupun kelompok.
Langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran teknik Jigsaw menurut Anita Lie (2004:68-69), yaitu:
- Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian.
- Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari ini. Pengajar bisa menulis topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa agar lebih siap mengahadapi bahan pelajaran baru.
- Siswa dibagi dalam kelompok berempat.
- Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama,sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.
- Siswa disuruh membaca atau mengerjakan bagian mereka masing-masing.
- Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau dikerjakan mereka masing-masing. Dalam kegiatan ini siswa dapat saling melengkapi dan berinteraksi antara yang satu dengan lainnya.
- Khusus untuk kegiatan membaca, pengajar membagi bagian cerita yang belum terbaca kepada masing – masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
- Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau seluruh kelas.
- Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli (kelompoknya). Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerjasama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut. Kemudian masing – masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan – rekan dalam kelompoknya.
Menurut Anita Lie (2003:84) Dalam pelaksanaan
pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana
telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses
pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan
pembelajaran pembelajaran kooperatif.
b. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang
mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil
sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain
hanya sebagai penonton.
c. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait
tentang teknik pembelajaran pembelajaran kooperatif.
d. Kurangnya buku sumber sebagai media
pembelajaran.
e.Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem
teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Keunggulan
Menurut Anita Lie (2003:85) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkatkan
rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan.
- Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus terampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
- Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Di sini, peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki tanggung jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.
Menurut
Isjoni (2011-18), kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor,
yaitu faktor dari dalam( intern ) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut:
a. Guru
harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,pemikiran dan waktu.
b. Agar
proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,
alat dan biaya yang cukup memadai.
c. Selama
kegiatan berdiskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
d. Saat
diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa
yang lain menjadi pasif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar