Minggu, 26 Mei 2019


Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
1. Pengertian Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
Ide RME dikemukakan oleh Hans Freudenthal dari Belanda, gagasan ini muncul karena adanya perkembangan matematika modern di Amerika dan praktek pembelajaran matematika yang terlalu mekanistik di Belanda. Model pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematic Education (RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak pada hal – hal yang real bagi siswa (Zulkardi). Teori ini menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (Student Invonting), sebagai kebalikan dari guru memberi (Teaching Telling) dan pada akhirnya murid menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individual ataupun kelompok.
Ide utama dari model Pembelajaran Matematika Realistic / RME adalah manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer). Upaya untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika ini dilakukan dengan memanfaatkan realita dan lingkungan yang dekat dengan anak.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika. (Yuwono :  2001)
Model pembelajaran matematika realistik atau Realistik Mathematics Education (RME) pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 oleh Institut Freudenthal dan menunjukan hasil yang baik, berdasarkan hasil The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2000.

2. Langkah - langkah Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
Langkah – langkah model pembelajaran matematika realistik di dalam proses pembelajaran matematika (Waraskamdi : 2008) adalah :
a. Memotivasi siswa (memfokuskan perhatian siswa),
b. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran,
c. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “rill” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna,
d. Permasalah yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut,
e. Siswa mengembangkan atau menciptakan model – model simbolik secara informal terhadap persoalan / masalah yang diajukan,
f. Pengajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

3. Kelebihan Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
a. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari – hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia,
b. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut,
c. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu dengan orang yang lain,
d. Pembelajaran matematika realistik memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu (misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan tercapai. (Suwarsono.2001)

4. Kelebihan Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
a. Tidak mudah untuk merubah pandangan yang mendasar tentang berbagai hal, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal atau masalah kontekstual, sedang perubahan itu merupakan syarat untuk dapat diterapkannya PMR,
b. Pencarian soal – soal kontekstual yang memenuhi syarat – syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa, terlebih – lebih karena soal – soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam,
c. Tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau memecahkan masalah,
d. Tidak mudah bagi guru untuk memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.



Sabtu, 18 Mei 2019


Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) menggunakan pendektan pembelajaran dengan masalah kehidupan nyata. Problem Based Instruction (PBI) dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan ketrampilan intelektual, belajar nernagi peran, melalui pengalaman belajar dalam kehidupan nyata. Arends dalam Trianto (2007 : 68) menjelaskan bahwa Problem Based Instruction (PBI) merupakan pendekatan belajar yang menggunakan permasalahan autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan siswa, mengembangkan inkuiri, ketrampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemampuan dan percaya diri. Problem Based Instruction (PBI) berpusat pada siswa. Problem Based Instruction (PBI) merupakan salah satu dari berbagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengaktifkan siswa dalam belajar (Abbas dkk 2007 : 8). Guru berkewajiban menuntun siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Guru sebagai penyaji masalah, memberikan intruksi – intruksi, membimbing diskusi, memberikan dorongan dan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri. Guru diharapkan dapat menberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif dengan menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi. Pelaksanaan Problem Based Instruction (PBI) didukung dengan beberapa metode mengajar diantaranya metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, penemuan dan pemecahan masalah.

B. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
1. Pendahuluan
a. Orientasi pada suatu masalah
   Guru menjelaskan rencana kegiatan dengan menjelaskan materi yang akan dipelajari dan                      menjelaskan saran atau alat pendukung yang dibutuhkan untuk melakukan eksperimen guna                memecahkan suatu masalah. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan sebuah               masalah.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
    Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang                      berhubungan dengan pemecahan masalah (menetapkan topik, tugas, jadwal dll). Guru membantu        siswa dalam merencanakan, menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka      membagi kelompok dan berbagi tugas dengan teman sesama kelompok.
2. Kegiatan Inti
a. Membimbing penyeledikan individu maupun kelompok
    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen untuk                        mendapatkan penjelasan, pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis. Siswa melakukan            eksperimen lalu berdiskusi untuk menjawab pertanyaan hasil eksperimen guna mendapatkan                penjelasan dan pemecahan masalah.
b. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
    Siswa mempersiapkan hasil pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan      mempresentasikan hasil pemecahan masalah.
c. Mengevaluasi proses pemecahan masalah
   Guru menyuruh kelompok lain untuk mengevalusi hasil pemecehan masalah kelompok yang               sedang presentasi. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap                   eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
3. Penutup
    Guru menyimpulkan hasil pemecahan masalah.

C. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
1. Siswa terlibat langsung dalam proses belajar sehingga mereka benar – benar menyerap                        pengetahuan dengan baik,
2. Melatih kerjasama dengan siswa lain,
3. Memperoleh banyak informasi dari berbagai sumber,
4. Siswa aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar,
5. Melibatkan siswa untuk aktif memcahkan masalah dan menuntut ketrampilan berfikir siswa yang       lebih tinggi,
6. Mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat.

D. Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
1. Membutuhkan banyak waktu dan banyak dana,
2. Tidak semua mata pelajaran dapat menerapkan model pembelajaran ini,
3. Membutuhkan fasilitas yang memadai,
4. Menuntut guru untuk membuat rencana pembelajaran yang lebih matang.

Sabtu, 11 Mei 2019


Model Pembelajaran Problem Posing
A. Pengertian Model Pembelajaran Problem Posing


Problem Posing terdiri dari dua kata yaitu “problem” yang artinya masalah dan “posing” berasal dari kata “pose” artinya membentuk atau mengajukan Problem Posing. Model pembelajara  Problem Posing mempunyai bebrapa arti, yaitu pertama perumusan soal dengan bahasa yang baku / standar atau perumusan kembali soal yang ada dengan beberapa perubahan agar sederhana dan dapat dikuasai, kedua, perumusan masalah yang berkaitan dengan syarat – syarat pada soal yang dipecahkan dalam rangka mencari alternatif soal yang relevan, dan ketiga, perumusan soal dari suatu situasi yang tersedia baik yang dilakukan sebelum, ketika, atau setelah mengerjakan soal.
Menurut As’ari (2000 : 5) Model pembelajaran Problem Posing dengan pembentukan soal atau merumuskan soal atau menyusun soal.
Selanjutnya Amri (2013 : 13) menyatakan bahwa pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal dengan mandiri.


B. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Problem Posing

Menurut Suyitno (2004 ; 31 – 32) menjelaskan penerapan model pembelajaran Problem Posing adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Penggunaan alat peraga untuk menjelaskan              konsep sangat disarankan,
2. Guru memberikan latihan soal,
3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan              harus  mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula dilakukan secara kelompok,
4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya      di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal      yang diajukan oleh siswa,
5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.

C. Kelebihan Model Pembelajaran Problem Posing
1. Mendidik murid untuk percaya akan diri sendiri,
2. Mendidik murid untuk berfikir secara kritis,
3. Siswa dapat aktif dalam pembelajaran,
4. Siswa belajar menganalisis suatu masalah.

D. Kekurangan Model Pembelajaran Problem Posing
1. Murid tidak semuanya akan bertanya,
2. Model pembelajaran ini tidak bisa digunakan dalam kelas rendah,
3. Membutuhkan waktu yang cukup lama.

Minggu, 05 Mei 2019

Model Pembelajaran  Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan (Duch, 1995).  Finkle dan Torp (1995) menyatakan bahwa PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL atau PBM merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004).
Berdasarkan pendapat pakar-pakar tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
Sehingga dapat diartikan bahwa PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapanPBL.

2. Langkah - langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
a. Orientasi siswaa pada masalah
   Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan                 fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk              terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih,
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
   Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang                        berhubungan dengan masalah tersebut,
c. Membimbing pemyelidikan individual maupun kelompok
   
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen,         untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya,
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya maupun hasil pemecahan masalahnya
   Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,          video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya,
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
   Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan        proses-proses yang mereka gunakan.

3. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
a. Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan        baru bagi siswa,
b. Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa,
c. Dapat membantu siswa bagaimana menyalurkan pengetahuan mereka untuk memahami sebuah          masalah,
d. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai oleh siswa,
e. Dapat memberikan kesempatan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki           dalam dunia nyata,
f. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir lebih kritis dan mengembangkan                 kemampuan mereka untuk menysuaikan dengan pengetahuan.

4. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning
a. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari,      maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari,
b. Keberhasilan model pembelajaran PBL ini membutuhkan cukup waktu untuk persiapan dan                pelaksanaannya,
c. Mana kala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang         dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba