Model
Pembelajaran Realistik atau Realistic
Mathematic Education (RME)
1. Pengertian Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
Ide RME dikemukakan oleh Hans Freudenthal dari
Belanda, gagasan ini muncul karena adanya perkembangan matematika modern di
Amerika dan praktek pembelajaran matematika yang terlalu mekanistik di Belanda.
Model pembelajaran matematika realistik atau Realistic Mathematic Education (RME) adalah pendekatan pengajaran
yang bertitik tolak pada hal – hal yang real bagi siswa (Zulkardi). Teori ini
menekankan ketrampilan proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi
dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (Student
Invonting), sebagai kebalikan dari guru memberi (Teaching Telling) dan pada
akhirnya murid menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik
secara individual ataupun kelompok.
Ide utama dari model Pembelajaran Matematika Realistic / RME adalah manusia harus
diberikan kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep
matematika dengan bimbingan orang dewasa (Gravemeijer). Upaya untuk menemukan
kembali ide dan konsep matematika ini dilakukan dengan memanfaatkan realita dan
lingkungan yang dekat dengan anak.
Menurut De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME
ini adalah pembelajaran yang mengacu pada konstruktifis sosial dan dikhususkan
pada pendidikan matematika. (Yuwono : 2001)
Model pembelajaran matematika realistik atau Realistik Mathematics Education (RME)
pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970 oleh Institut
Freudenthal dan menunjukan hasil yang baik, berdasarkan hasil The Third
International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2000.
2. Langkah - langkah Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
Langkah
– langkah model pembelajaran matematika realistik di dalam proses pembelajaran
matematika (Waraskamdi : 2008) adalah :
a. Memotivasi siswa (memfokuskan perhatian
siswa),
b. Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran,
c. Memulai pelajaran dengan mengajukan
masalah (soal) yang “rill” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat
pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna,
d. Permasalah yang diberikan tentu harus
diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut,
e. Siswa mengembangkan atau menciptakan
model – model simbolik secara informal terhadap persoalan / masalah yang
diajukan,
f. Pengajaran berlangsung secara
interaktif, siswa menjelaskan dan memberikan alasan terhadap jawaban yang
diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban
temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang
lain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil pelajaran.
3. Kelebihan Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
a. Pembelajaran matematika realistik memberikan
pengertian yang jelas kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan
kehidupan sehari – hari dan kegunaan pada umumnya bagi manusia,
b. Pembelajaran matematika realistik
memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa matematika adalah suatu
bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya
oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut,
c. Pembelajaran matematika realistik
memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu
soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara yang satu
dengan orang yang lain,
d. Pembelajaran matematika realistik
memberikan pengertian yang jelas kepada siswa bahwa dalam mempelajari
matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan orang harus
menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep
matematika dengan bantuan pihak lain yang sudah lebih tahu (misalnya guru).
Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang
bermakna tidak akan tercapai. (Suwarsono.2001)
4. Kelebihan Model Pembelajaran Realistik atau Realistic Mathematic Education (RME)
a. Tidak mudah untuk merubah pandangan yang
mendasar tentang berbagai hal, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal
atau masalah kontekstual, sedang perubahan itu merupakan syarat untuk dapat
diterapkannya PMR,
b. Pencarian soal – soal kontekstual yang
memenuhi syarat – syarat yang dituntut dalam pembelajaran matematika realistik
tidak selalu mudah untuk setiap pokok bahasan matematika yang dipelajari siswa,
terlebih – lebih karena soal – soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan
bermacam,
c. Tidak mudah bagi guru untuk mendorong
siswa agar bisa menemukan berbagai cara dalam menyelesaikan soal atau
memecahkan masalah,
d. Tidak mudah bagi guru untuk memberi
bantuan kepada siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep atau
prinsip-prinsip matematika yang dipelajari.